Tuesday 20 September 2011

Cara Membaca Berita Ekonomi Dunia dan Politik Dunia

Saya teringat kata dosen saya, Dr. Ir. Taufiq Rochim, sewaktu kuliah Metrologi Industri menceritakan berita yang dibacanya di pagi hari. Kalimat yang masih terngiang di benak saya sampai sekarang adalah:

"Kalau baca berita jangan baca opininya, tapi baca faktanya saja."

"Betul juga," pikirku. Soalnya berita itu, baik berita ekonomi dunia, berita ekonomi lokal, berita politik dunia, dll, dari surat kabar manapun isinya sebagian besar opini.

Dibedakan dari sumbernya opini ada dua macam:
1. Opini sang penulis berita
2. Opini sang nara sumber

Kalau dibedakan dari kualitasnya opini itu ada:
1. Opini awam
2. Opini ahli
Kedua opini ini tidak tergantung dengan jabatan atau ketenaran penulis atau nara sumber. Opini ahli adalah opini yang didukung dengan argumentasi, contoh-contoh dan fakta-fakta yang menguatkan opini tersebut. Tanpa dukungan argumentasi, contoh dan fakta maka opini tersebut bisa dikatakan opini awam walaupun sumbernya adalah orang terkenal dengan gelar yang memadai.


Biar lebih jelas mari kita lihat contoh berita dibawah ini:

Sumber: http://us.detiknews.com/read/2011/09/21/000151/1726857/10/din-syamsuddin-nilai-ada-masalah-dalam-pendidikan-di-indonesia?9922032

Judul: Din Syamsuddin Nilai Ada Masalah dalam Pendidikan di Indonesia

Isi:

Paragraf 1:
Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menilai ada kebobrokan yang terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia . Ia pun menyesalkan terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oknum siswa SMAN 6 Jakarta terhadap wartawan.

Paragraf 2:
"Tindakan anarkis patut kita sesalkan. Saya menilai ada masalah pendidikan kita," kata Din, usai acara Silaturahim Idul Fitri 1432 H Pimpinan pusat Muhammadiyah bersama pimpinan ormas dan tokoh muslim, di kantor pusat Muhammadiyah, Jl menteng Raya, Jakarta Pusat, Selasa (20/9/2011).

Paragraf 3:
Din berpendapat kejadian tersebut harus menjadi pelajaran bagi pemerintah dan para tokoh pendidik di Indonesia. Serta harus diselesaikan secara hukum dan diusut tuntas.

Paragraf 4:
"Apalagi saya dengar selentingan salah satu oknum guru ikut terlibat. Ini sungguh memalukan dan ia harus dipecat," imbuhnya.

Paragraf 5:
Din mempertanyakan jumlah anggaran pendidikan yang seharusnya digunakan untuk pendidikan moral. Degradasi moral jelas terjadi, walaupun masih banyak juga siswa yang baik.

Paragraf 6:
"Pemerintah harus bertanggung jawab menciptakan ligkungan pendidikan yang baik, jangan budaya luar yang masuk sehingga terjadi liberalisasi budaya," ucap Din.

Dari judulnya sudah terlihat bahwa berita ini hanya berisi opini dengan adanya kata "Nilai" yang merupakan opini dari nara sumber. Lalu kita ingin melihat apakah opini ini merupakan opini ahli atau opini awam.

Paragraf 1 menjelaskan alasan Din menilai adanya masalah di pendidikan Indonesia yaitu adanya kekerasan yang dilakukan oknum siswa terhadap wartawan. Argumentasi ini dapat kita kategorikan sebagai argumentasi awam karena generalisasi dari apa yang dilakukan oleh "oknum" tidak tepat.

Inti dari paragraf 2 adalah penjelasan tentang "apa", "dimana" dan "kapan" dari berita ini.

Paragraf 3-6 merupakan opini awam karena tidak didukung dengan argumentasi, contoh dan fakta.

Dari sini terlihat bahwa berita itu ternyata sebagian besar adalah opini awam, fakta dari berita ini hanya ada di paragraf 2.

Memisahkan fakta dengan opini ketika kita membaca berita ekonomi lokal, ekonomi dunia, politik nasional maupun pulitik dunia sangat penting. Kita harus bisa bersikap objektif setelah kita membaca berita.

Dengan memisahkan antara opini dan fakta, maka kita dapat menjaga objektivitas dengan menyerap fakta sebagai informasi yang "relatif benar" dan opini sebagai imajinasi. Saya katakan "relatif benar" karena fakta dalam berita pun belum tentu benar. Untuk menaikkan tingkat kebenaran fakta dalam sebuah berita, kita harus membandingkannya dengan fakta di berita lainnya dengan penulis yang berbeda dan sumber yang berbeda.

Cara untuk membedakan opini penulis/pembawa berita dari fakta berbeda dari membedakan fakta|opini dari nara sumber. Kita harus melihat tema berita, misi-visi perusahaan berita, lokasi politik kantor berita dan lain sebagainya.

No comments:

Post a Comment